Cara Mengeksplorasi Teknik Olah Tubuh, Olah Pikir, dan Olah Suara
1. Olah Tubuh
Hal yang paling penting dimiliki oleh seorang pemain adalah memiliki tubuh yang sehat dan mampu menciptakan variasi bisnis act. Karena tubuh atau raga adalah bagian estetika visual yang bisa dinikmati dengan cara visual atau lihatan, maka perwujudan peran dengan sendirinya akan memanfaatkan raga secara total, lahir batin, dan kasat mata. Pemeranan akan enak dilihat jika pemain memiliki syarat-syarat dasar penampilannya, yaitu tubuh yang sehat, kuat, dan luwes, tidak soal bagaimana bentuk tubuhnya.
Dengan memiliki tubuh yang sehat, latihan akan terus berlangsung dan menciptakan koordinasi tubuh untuk melakukan tugas akting yang baik dan dapat mengembangkan keleluasaan, penciptaan gesture, kemungkinan-kemungkinan gerak di mana improvisasi terwujud. Olah tubuh bisa dilakukan dengan berbagai hal sebagai berikut:
a. Pemanasan (Lari, Push-up, Sit-up, dan sebagainya)
b. Stretching (Peregangan Sendi-sendi Tubuh). Latihan stretchingsangat dibutuhkan bagi para pemain, karena selain usaha mencapai bahasa tubuh yang indah di panggung, juga diharapkan tidak ada kekakuan pada setiap otot. Perlu disadari tubuh yang kaku akan menampakkan sebuah gesture yang kurang menarik untuk ditonton.
c. Intensitas Gerak dan Kelenturan. Contoh gerakan intensitas agar mencapai kelenturan gesture. Latihan intensitas gerak dan kelenturan akan lebih baik apabila dilakukan jauh-jauh hari dan secara terus-menerus. Latihan tubuh bertujuan agar fisik terbiasa saat berakting dan tidak mudah lelah ketika hari pertunjukan.
2. Olah Pikir
Seorang pemain haruslah cerdas, cerdik, cendekia, dan tangkas. Hal itu hanya mungkin dipunyai bila ia terlatih menggunakan pikiran. Pikiran adalah tenaga rohani yang paling tinggi. Dalam bersikap, ia akan bekerja sama dengan hati. Dan dari kerja sama itu, akan menciptakan kolaborasi cipta, rasa, dan karsa (kehendak) yang sangat erat Kebiasaan mengolah pikiran membuat seseorang kritis menghadapi berbagai persoalan yang pelik. Latihan mengolah pikiran dilakukan dengan membaca, berimajinasi, dan memunculkan tenaga jiwa.
a. Membaca. Membaca bukan sembarang membaca. Membaca harus dengan memindai dan sistematis. Seorang pemain haruslah memiliki wawasan dan kepekaan terhadap persoalan zaman sehingga ketika di panggung pertunjukan, ia akan berubah menjadi tokoh yang sesuai dengan yang diperankan dan memerankan peran dengan lebih kritis dan tanggap.
b. Imajinasi. Setelah membaca sebuah bacaan dengan sistem memindai dan sistematis, otomatis di alam pikiran kita akan muncul tafsiran tentang peristiwa yang kita baca. Nah, proses tafsiran inilah yang dimaksud dengan imajinasi. Apa gunanya imajinasi? Imajinasi merupakan api dalam akting. Ia yang menyalakan drama. Mendatangkan imajinasi dalam diri, bisa dilakukan lewat latihan-latihan menggauli diri dengan puisi dan lukisan.
c. Tenaga jiwa. Setelah memiliki imajinasi terhadap tokoh yang akan kita perankan, langkah dalam latihan olah pikir adalah tenaga jiwa. Fungsi tenaga jiwa adalah memberikan ruh peran tokoh pada imajinasi yang telah pemain tafsirkan. Kekuatan dari dalam seorang pemain pertunjukan panggung terletak pada kekuatan jiwa. Pemain panggung tanpa penjiwaan adalah setali tiga uang dengan sayur tanpa garam. Latihan-latihan dasar untuk menggalang tenaga jiwa adalah ingataningatan yang direncanakan dari hasil pengamatan terhadap perasaan bawah sadar dan naluri. Latihan ini memang memakan waktu lama. Tetapi memang harus begitu. Membentuk diri sebagai aktor memang tidaklah mudah.
Metode latihan tenaga jiwa yang kita pakai adalah metode empiris (menurut pengalaman) dan metode observasi (menurut pengamatan).
a. Metode empiris. (i) observasi, (ii) pengumpulan, (iii) klinis, (iv) percobaan.
b. Metode observasi. (i) introspeksi (pengamatan tindak jiwa sendiri), (ii) ekstrospeksi (pengamatan tindak jiwa orang lain).
3. Olah Vokal
Vokal adalah hal yang paling dominan dalam pertunjukan teater karena vokal adalah sarana komunikasi yang berkaitan dengan isi cerita apa yang ingin disampaikan. Vokal adalah “unsur paling utama untuk menyampaikan pikiran dan perasaan secara verbal dari rangkaian dialog yang dihafal aktor”. (Japi Tambayong, 2000:19). Vokal adalah kunci pertunjukan teater. Untuk itu, diperlukan latihan vokal agar tidak terjadi kemubaziran maksud yang akan disampaikan.
Ukuran baik buruknya sebuah vokal terletak pada kuat tidaknya suara itu diproduksi lewat mulut dan juga keutuhan kandungan suara yang keluar lewat mulut. Perlu diperhatikan di sini adalah tenaga suara dari perut yang didorongkan ke atas melalui ruang resonansi dan diolah di daerah artikulasi diimbangi dengan napas yang tepat. Sehingga syaratsyarat teknis itu bisa sampai ke telinga penonton dengan jelas. Dari berbagai hal teknis di atas dinyatakan bahwa alat vokal haruslah terlatih setiap saat agar suara yang dihasilkan bisa sampai ke telinga pendengar.
Beberapa bentuk latihan vokal antara lain sebagai berikut:
a. Latihan Pernapasan
1) Mula-mula melakukan penghimpunan napas yang sangat lembut dan intens melalui hidung. Bersamaan itu naikkan kedua belah tangan pelan-pelan secara berangsur-angsur sesuai hitungan. Saat tangan berada pada posisi atas berhenti sembari menahan napas lalu menurunkan tangan dan melepas napas melalui mulut secara intens pula, usahakan dalam penghimpunan napas; penarikan napas, penahanan napas dari perut, dan pelepasan menggunakan waktu hitung yang sama. Hal ini dilakukan sampai terjadi penghangatan dari perut naik ke atas rongga resonansi sampai artikulasi.
2) Tahap kedua dinamakan latihan vokal getaran dalam. Teknik yang dilakukan masih sama yaitu penghimpunan dan penahanan napas hanya saja waktu pelepasan menggunakan getaran dalam. Hal ini bertujuan agar pemain memiliki vokal dalam yang mantap. Bunyi yang dihasilkan adalah {hhmmmm}. Minimal melakukannya latihan vokal getaran dalam adalah 20 menit untuk para pemain yang memiliki jam terbang tinggi. Bagi pemain yang baru, latihan vokal getaran dalam bersifat kondisional karena tingkat kekuatan alat artikulasi setiap individu berbeda-beda, tentunya dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi.
3) Tahap ketiga adalah latihan vokal getaran luar. Teknik yang dilakukan adalah melakukan penghimpunan napas dan penahanan napas, sedangkan pengeluaran napas menggunakan getaran luar. Hal ini bertujuan agar suara menjadi lantang dan keras. Bunyi yang biasa dihasilkan adalah pelafalan {aaaaaaaa} yang panjang sampai udara dalam perut habis. Durasi latihan sama dengan teknik latihan vokal dalam.
b. Latihan Pengucapan
Tahap setelah segala rongga artikulasi penghasil suara dari perut sampai mulut mengalami penghangatan dan keutuhan adalah latihan pengucapan. Hal ini bertujuan agar suara pemain jelas secara fonem, diksi, maupun kalimat yang hendak disampaikan.
1) Tahap pertama, latihan pengucapan adalah senam mulut. Senam mulut dilakukan agar mulut menjadi luwes dan tidak kaku. Segala yang berada pada wilayah mulut dan alat penghasil bunyi sebisa mungkin digerakkan dari lidah, gigi, dan juga bibir.
2) Pada tahap kedua, mulai mempraktikkan penggunaan ilmu-ilmu lingustik, semisal contoh dalam ilmu fonologis pengucapan fonem vokal {a,i,u,e,o}, konsonan bilabial {p,b}, opiko-palatal {dh}. Contoh vokal {a} Contoh vokal {i} Contoh vokal {u} Contoh vokal {e} Contoh vokal {o} memanfaatkan fonem.
3) Tahap ketiga adalah menghentakkan suara sekeras dan sejelas mungkin, (contoh, “B”), kemudian dilanjutkan dengan satu kata, (contoh,”B-A-B-U’). Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan variasi fonem dan kata selanjutnya dikembangkan menjadi satu kalimat.
0 Response to "Cara Mengeksplorasi Teknik Olah Tubuh, Olah Pikir, dan Olah Suara"
Post a Comment